Ruben Amorim Terjebak Situasi di Manchester United: Antara Ambisi dan Realita yang Menyulitkan

Ruben Amorim Terjebak Situasi di Manchester United: Antara Ambisi dan Realita yang Menyulitkan – Musim panas 2025 menjadi babak krusial bagi Ruben Amorim, pelatih anyar Manchester United yang diharapkan mampu mengangkat kembali marwah klub setelah musim terburuk dalam setengah abad terakhir. Namun, alih-alih memulai era baru dengan gebrakan mahjong ways 2 positif, Amorim justru terjebak dalam situasi kompleks yang menghambat langkahnya membangun skuad ideal di Old Trafford.

Awal yang Menjanjikan, Realita yang Menyakitkan

Ketika Amorim ditunjuk menggantikan Erik ten Hag pada November 2024, ekspektasi tinggi langsung menyelimuti ruang ganti United. Dengan rekam jejak gemilang di Sporting CP, pelatih asal Portugal itu diyakini mampu membawa filosofi permainan modern dan mentalitas juara.

Namun, kenyataan berbicara lain. United menutup musim 2024/2025 di posisi ke-15 Premier League, gagal lolos ke kompetisi Eropa, dan kalah di final Liga Europa dari Tottenham Hotspur. Tur pramusim pun dimulai dengan kekalahan memalukan dari ASEAN All-Stars di Malaysia, memicu cemoohan dari suporter global.

Masalah Internal: Pemain Tak Sesuai Filosofi

Salah satu tantangan terbesar Amorim adalah komposisi skuad yang tidak sejalan dengan filosofi permainannya. Ia menginginkan tim yang ramping, dinamis, dan penuh semangat. Namun, banyak pemain bintang justru tampil di bawah ekspektasi dan enggan meninggalkan klub.

Nama-nama yang jadi beban:

  • Jadon Sancho: Gaji tinggi, performa menurun, dan minim deposit qris peminat.
  • Marcus Rashford: Ingin pindah ke Barcelona, tapi gagal karena klub Catalan lebih memilih Nico Williams.
  • Antony: Ingin kembali ke Real Betis, namun klub Spanyol tak mampu menebusnya secara permanen.
  • Alejandro Garnacho: Meski tampil impresif, hubungannya dengan manajemen memanas setelah insiden jersey Aston Villa.

Amorim bahkan dikabarkan siap mencoret empat nama besar dari tur pramusim ke Amerika Serikat jika proses transfer mereka tak kunjung selesai.

Dilema Penjualan: Gaji Tinggi, Minat Rendah

Manchester United tidak bisa bergerak agresif di bursa transfer karena terhambat oleh kegagalan menjual pemain lama. Gaji besar dan kontrak panjang membuat klub-klub peminat berpikir dua kali. Bahkan, untuk melepas pemain seperti Tyrell Malacia, MU harus rela merugi.

Situasi ini membuat Amorim terjebak dalam skema besar yang mandek, di mana ia tidak bisa mendatangkan pemain baru sebelum ada pemasukan dari penjualan.

Target Transfer yang Tertunda

Amorim sebenarnya telah menyusun daftar pemain incaran:

  • Bryan Mbeumo (Brentford)
  • Joao Palhinha (Fulham)
  • Davide Frattesi (Inter Milan)
  • Victor Osimhen dan Viktor Gyokeres sebagai opsi striker

Namun, semua target tersebut belum bisa direalisasikan karena keterbatasan dana dan belum adanya penjualan signifikan.

Situasi Kiper: Onana Tak Bisa Dijual, Tapi Tak Diinginkan

Andre Onana menjadi titik lemah di bawah mistar gawang. Meski rawan kesalahan, tidak ada harapan nyata bahwa Onana akan dijual, karena minimnya peminat dan gaji tinggi. Amorim ingin menggantinya, namun area lain dalam skuad lebih diprioritaskan karena keterbatasan anggaran.

Hojlund dan Zirkzee: Masa Depan yang Tak Pasti

Striker muda seperti Rasmus Hojlund dan Joshua Zirkzee juga berada dalam situasi abu-abu slot spaceman. Hojlund sempat dikaitkan dengan Inter Milan, namun klub Serie A itu memilih opsi lain. Amorim tidak menjamin tempat untuk Hojlund, sementara sang pemain ingin bertahan.

Tekanan Media dan Ekspektasi Suporter

Kegagalan demi kegagalan membuat media mulai mempertanyakan masa depan Amorim. Bahkan, nama Unai Emery disebut sebagai calon pengganti jika hasil buruk berlanjut. Mantan asisten Ten Hag, Mitchell van der Gaag, menyatakan bahwa Amorim menghadapi terlalu banyak masalah yang tidak bisa dikendalikan.

Pernyataan Amorim: “Kami Tidak Bisa Lari dari Kenyataan”

Dalam konferensi pers di tur Asia, Amorim mengakui bahwa musim lalu adalah periode terberat dalam kariernya. Ia merasa malu dan mulai meragukan kemampuannya untuk memperbaiki situasi. Meski demikian, ia tetap berkomitmen untuk membangun tim yang kompetitif dan profesional.

Penutup: Jalan Terjal Menuju Pemulihan

Ruben Amorim terjebak dalam situasi yang rumit di Manchester United. Ia datang dengan ambisi besar, namun dihadapkan pada realita yang menyulitkan: pemain yang tak bisa dijual, target transfer yang tertunda, dan tekanan dari berbagai arah.

Jika Amorim gagal mengatasi situasi ini dalam waktu dekat, bukan tidak mungkin masa jabatannya di Old Trafford akan berakhir lebih cepat dari yang diharapkan slot jepang. Namun, jika ia berhasil membalikkan keadaan, maka ia akan dikenang sebagai pelatih yang mampu membawa United keluar dari era kelam menuju kebangkitan.